Rabu, 23 September 2015

Profil Desa Boloy






DISUSUN OLEH :
ARIFSON YONDANG



Kata Penghantar
        Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan Sejarah Desa Boloy ini tanpa halangan suatu apapun.
          Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Tokoh-Tokoh Masyarakat Desa Boloy yang telah berpartisipasi membantu penulis untuk menulis Sejarah Desa Boloy ini. Dalam penulisan Sejarah Desa Boloy ini Penulis mengulas tentang asal-usul Desa Boloy.
          Dalam penyusunan Sejarah Desa Boloy ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya Sejarah Desa Boloy ini.


Boloy, 20 September 2015
Penulis,

Arifson Yondang

SEJARAH DESA
Menurut keterangan dari Bapak Yehuda Desa Boloy berasal dari kata “boloi” yang artinya tanaman yang melingkar pada sebuah kayu. Jenis tanaman tersebut yaitu tanaman yang tumbuhnya merambat dikayu. Kala itu ada 4 orang tua yang sedang berburu, dalam perburuan mereka mendapatkan seekor babi hutan besar yang tidak bisa angkut untuk di bawah pulang, sehingga mereka berempat berinisiatif pulang ketempat tinggal untuk memanggil beberapa teman agar dapat membantu mengangkat hasil buruan tersebut. Tetapi sebelum pulang kekediaman, ke empat orang tersebut manancapkan tombak masing-masing dengan membentuk segi empat, maksud dari manancapkan tombak yaitu sebagai tanda ketika ada yang melewati tempat itu dapat mengetahui bahwa babi hutan itu ada yang punya. Tempat kediaman mereka sangatlah jauh, sehingga memakan waktu 6-8 jam untuk kembali lagi ketempat mereka meninggalkan babi hutan tersebut. Sekembalinya mereka dengan rekan-rekan lainnya di tempat berburu, mereka mendapatkan tombak telah dililit oleh tanaman yang berbentuk tali, dan melihat tombak seperti itu, salah satu dari mereka menyebutkan bahwa tombak mereka telah dililit (bahasa daerah Diboloyo). Sehingga mereka menyebut tempat tersebut Boloy. Itulah asal-usul kenapa Desa Boloy tersebut dinamakan Boloy.
Ada keterangan sejarah lain yang didapat dari Bapak Betra menyatakan bahwa asal mula nama Desa Boloy terjadi yaitu pada waktu itu peperangan masih sementara terjadi, ada seseorang yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang sakti di tempat tersebut. Dengan kesaktiaanya itu, beliau menancapkan sebuah tombak, setelah tombak tertancap terlihatlah seperti ribuan tombak sehingga musuh yang datang mengira ditempat tersebut banyak orang. Tombak yang tertancap tersebut kemudian dinamakan Boloy.
Ada pula sejarah lain yang didapat dari Bapak Bernat Gati yaitu Pada waktu itu ada seseorang yang di bunuh karena mempunyai kesaktian yang dapat membunuh orang lain. Karena tindak kejahatannya yang demikian maka disewahkan orang lain untuk membunuhnya. Setelah kematian orang tersebut, lalu datanglah kerabatnya kurang lebih 20 orang. Maksud kedatangan kerabatnya meminta pertanggung jawaban kepada orang yang membunuh kerabatnya tersebut. Kemudian mereka menancapkan tombak kurang lebih 20 tombak sehingga terlihat seperti orang yang memberikan lanjaran pada tanaman dan untuk bahasa daerahnya disebut Boloy.

KEADAAN WILAYAH
Desa Boloy terletak di Kecamatan Bulagi, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan nelayan. Desa Boloy terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Alas dan Dusun Bungin serta mempuyai batas-batas desa sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Meselesek Kecamatan Bulagi, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulagi II Kecamatan Bulagi, sebelah barat berbatasan dengan perkebunan rakyat Desa Boloy dan sebelah timur berbatasan dengan Teluk Peling.
Lembaga pendidikan yang terdapat di Desa Boloy yaitu terdiri dari 1 (Satu) Sekolah Dasar dan 2 (Dua) Taman Kanak-kanak. Penduduk Desa Boloy merupakan mayoritas pemeluk agama Kristen Protestan.
Minoritas masyarakat Desa Boloy merupakan orang pendatang dari berbagai desa sekecamatan Bulagi. Para pendatang tersebut sebenarnya hanya berkebun atau mengolah lahan yang berada ditempat itu. Karena hasil perkebunan melimpah ruah ditempat itu maka banyak dari masyarakat desa lain berdatangan karena ajakan dari pengelola lahan awal.
Awal kedatangan mereka, hanya untuk mengelola lahan, akan tetapi jumlah mereka semakin bertambah sehingga mereka masuk sebagai sub Desa Kayumbol (Bulagi II), dengan nama Dusun Katamang.

PEMERINTAHAN
Desa Boloy sebelum menjadi sebuah desa masih bernaung sebagai sub Desa Kayumbol (Bulagi II) dengan nama Dusun Katamang.  Pada waktu masuk sebagai sub Desa Kayumbol (Bulagi II) kepemerintahan yang ada di Dusun Katamang berupa Tano (Kaur). Tano (Kaur) yang menjabat pada saat itu antara lain Bapak Paluse Yosik menjabat kurang lebih 1 tahun, setelah itu digantikan Bapak Zakaria Bilalu menjabat juga kurang lebih 1 tahun kemudian digantikan Bapak Lasoulak Bantangai menjabat kurang lebih 1 tahun. Pada waktu itu yang menjabat sebagai Tano (Kaur) hanya dapat menjabat 1 tahun, kemudian harus digantikan lagi oleh orang lain, sehingga selama 3 tahun terdapat 3 orang Tano (Kaur).
Setelah 3 tahun Dusun Katamang di resmikan menjadi sebuah desa dengan nama Desa Katamang yang dikepalai oleh Bapak Yahya Sasuk sebagai Kepala Desa Pertama dan mempunyai seorang Juru Tulis (Sekdes) yaitu Bapak Nok Bilalu. Waktu masuknya PKI, Juru Tulis (Sekdes) diberhentikan karena menurut keterangan, Beliau masih terlibat. Setelah Juru Tulis (Sekdes) diberhentikan kemudian Desa Katamang Berganti nama Desa Boloy, dengan Kepala Desa masih tetap Bapak Yahya Sasuk dan dibantu oleh seorang Juru Tulis (Sekdes) pengganti Juru Tulis (Sekdes) pertama atas nama Bapak Daud Makidong dan dibantu lagi oleh seorang Kepala Jaga (Kadus) Bapak Teite Kaledong. Masa menjabat Kepala Desa Bapak Yahya Sasuk sampai saat ini belum diketahui berapa tahun Beliau menjabat sebagai Kepala Desa.
Setelah masa jabatan Bapak Yahya Sasuk sebagai Kepala Desa pertama berakhir kemudian digantikan Kepala Desa kedua oleh Bapak Daud Makidong (pada masa itu bagi yang menjabat sebagai seorang Juru Tulis (Sekdes) akan terangkat sebagai Kepala Desa) dan dibantu oleh seorang Juru Tulis (Sekdes) Bapak Laorens Yabiy dan seorang Kepala Jaga (Kadus) Bapak Teite Kaledong serta dibantu oleh beberapa Tano-Tano (Kaur) yaitu Bapak Binyamin Bapiosikene, Bapak Samuel Yabiy, Bapak Hendrik Doloy. Masa jabatan Kepala Desa kedua belum diketahui.
Berakhirnya masa jabatan Kades kedua kemudian Juru Tulis (Sekdes) Bapak Laorens Yabiy diangkat menjadi Kapala Desa ketiga dan dibantu oleh seorang Juru Tulis (Sekdes) Bapak Damstuhp Liytan dan 2 orang Kepala Dusun (masa kades ketiga Kepala Jaga berganti nama Kepala Dusun) Bapak Alparis Muaba sebagai Kepala Dusun 1 (Satu) dan Bapak Samuel Yabiy sebagai Kepala Dusun 2 (Dua) serta 3 Orang Kaur-Kaur (pada masa jabatan Kepala Desa ketiga nama Tano-Tano berubah menjadi Kaur) yaitu Bapak Deni Tia, Bapak Hein Doloy dan Bapak Elon Yalume. Masa jabatan kepala desa ketiga belum diketahui.
Kepala Desa keempat yaitu Bapak Damstuhp Liytan yang mana pada masa jabatan kepala desa ketiga Beliau sebagai Juru Tulis (Sekdes) sehingga diangkat menjadi Kepala Desa dan dibantu oleh seorang Sekdes Bapak Rubinson Makidong, dan 2 orang Kepala Dusun yaitu Bapak Alparis Muaba sebagai Kepala Dusun 1 (Satu) dan Kepala Dusun 2 (Dua) Bapak Samuel Yabiy. Kemudian dibantu 3 orang Kaur-kaur yaitu Bapak Yem Elo Liytan, Bapak Hein Doloy, Bapak Yoksan Bapiosikene. Namun setelah itu Bapak Yoksan Bapiosikene digantikan oleh Bapak Honok Doloy. Masa jabatan Kepala Desa Bapak Damstuhp Liytan kurang lebih 13 tahun mulai dari tahun 1993 dan berkahir pada tahun 2006.
Setelah berakhir masa jabatan Kepala Desa keempat, bagi yang akan menjadi kepala desa harus melalui pemilihan langsung atau pemilihan kepala desa secara langsung oleh masyarakat. Sehingga Kepala Desa kelima yang terpilih dan dipercayakan oleh masyarakat manjadi Kepala Desa yaitu Bapak Roten Balentek dan dibantu oleh seorang Sekdes Bapak Agustinus Ndibi. Dibantu lagi oleh 2 (Dua) orang Kapala Dusun yaitu Bapak Alparis Muaba sebagai Kepala Dusun 1 (Satu) dan Kepala Dusun 2 (Dua) Bapak Aprianus Yalume. Namun sebelum berakhir masa jabatan Kepala-kepala Dusun tersebut mereka kemudian digantikan oleh Bapak Yonas Bilalu pengganti Kepala Dusun 1 (Satu) dan Kepala Dusun 2 (Dua) diganti oleh Bapak Arbet Buek. Kaur-kaur pada masa jabatan Bapak Roten Balentek (Kades Ke V) yaitu Bapak Yeskiel Binioli, Bapak Deret Teeman, Bapak Samuel Kulendeng. Kepala Desa kelima merupakan kepala desa pilihan pertama masyarakat Desa Boloy setelah 4 orang kepala desa sebelumnya. Dan sistem kepemimpinan kepala desa hanya berlaku sampai 5 tahun, kemudian harus pemilihan ulang dan kepala desa tersebut bisa mengajukan diri untuk masuk sebagai calon. Masa jabatan kepala desa kelima dimulai pada tahun 2006 dan berakhir sampai tahun 2011.
Kepala Desa keenam adalah Kepala desa pilihan kedua masayarakat Desa Boloy yaitu Bapak Hobniber Liytan dan dibantu oleh seorang Sekdes yang pada saat itu sudah ditetapkan bahwa Sekdes harus seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tidak dapat digantikan jika belum pensiun atau dipindahkan. Sebagai Sekdes pada masa jabatan Kepala Desa keenam yaitu Bapak Agustinus Ndibi. Selain dibantu oleh seorang Sekdes, Kepala Desa dibantu juga oleh 2 orang Kepala Dusun yaitu Bapak Yonas Bilalu sebagai Kepala Dusun 1 (Satu) dan Kepala Dusun 2 (Dua) Bapak Aprianus Yalume serta dibantu juga oleh 3 orang Kaur yaitu Bapak Alpian Bilalu, Bapak Honok Doloy dan Bapak Ingki Yondang. Masa jabatan Kades keenam 5 tahun yang dimulai pada tahun 2011 dan berkahir pada tahun 2016.
Itulah keadaan pemerintahan Desa Boloy, yang sampai saat ini pemerintahan desa boloy masih terus bergelut untuk membangun Desa Boloy dari keterpurukan. Masyarakat Desa Boloy sebagian besar petani dan sebagaian lagi nelayan. Namun masyarakat Desa Boloy banyak yang berimigrasi ke daerah lain atau kekota-kota untuk dapat menyambung hidup. Karena perekonomian di Desa Boloy sangat minim, sehingga hal ini yang dapat menggoda sebagian masyarakat untuk keluar dari desa agar bisa menyambung hidup di daerah orang lain. Banyak dari mereka yang menjadi Buruh Kasar, Petani, Pegawai Swasta, TNI, Polri dan Pegawai Negeri Sipil didaerah lain. Daerah penyebaran mereka yang paling besar yaitu di Sulawesi Utara (Manado), Sulawesi Selatan (Makasar) dan Sulwesi Tengah (Palu dan Luwuk). Namun tidak menutup kemungkinan mereka berada daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Irian, Jawa dan Sumatra serta di Maluku.

ADAT ISTIADAT
Adat istiadat masyarakat Desa Boloy sudah banyak yang hilang atau sengaja dilupakan. Hal ini tidak bisa dipunkiri dikarenakan adanya beberapa alasan yang sifatnya perubahan sebuah zaman. Yah memang zaman terkadang dapat membunuh suatu tradisi dalam suatu kawasan tertentu apabila masyarakatnya sendiri sudah terlena dengan perubahan zaman yang begitu pesatnya. Bila dilihat dari segi moralnya perubahan adat istiadat bisa terlihat seperti kemajuan teknologi, pergaulan bebas, agama dan lain sebagainya.
Namun, masih ada yang sampai saat ini tidak pernah terlepas dari masyarakat Desa Boloy yaitu pembentukan kelompok untuk dapat saling membantu (bahasa daerah polai-laingan). Contohnya petani A akan membuat kebun baru (lahan baru untuk ditanami tanaman pangan, sayur-mayur dan lain sebagainya), kemudian petani A tersebut memberitahukan kepada anggota kelompok lainnya tentang waktu pelaksanaanya. Setelah hari pelaksanaanya telah tiba, anggota kelompok lain pun berbondong-bondong untuk pergi ke lahan punyanya si A. Yang masih terpelihara dari kegiatan ini yaitu setiap anggota membawa makanan sendiri, akan tetapi sang pemilik lahan tetap menyediakan makanan lebih banyak dari rekan-rekannya. Pekerjaan dilakukan dari pagi sampai siang, kemudian makan siang, setelah itu pekerjaan dilanjutkan hingga menjelang sore hari baru berhenti. Kegiatan ini pun dilakukan secara bergantian, bagi petani lainnya yang akan membuka lahan baru melakukan hal yang sama dengan petani A, begitu juga petani yang lain, mereka silih berganti sampai anggota kelompok tersebut mendapat bagian semua. Setelah semua telah mendapat bagian, kemudian mereka merancang lagi, untuk membuat kelompok pada kegiatan lain, seperti pembuatan pondasi rumah. Dalam pembuatan pondasi rumah, setiap anggota dikenakan biaya per orang 1 sak semen. Kegiatan ini pun tidak jauh berbeda dengan pembukaan lahan baru, yaitu terus bergantian sampai anggota kelompok semua kebagian.
Masih ada adat istiadat lain di Desa Boloy yang sampai saat ini masih terus terpelihara, seperti membantu pada acara pernikahan, pada acara kematian dan pada acara-acara lainnya.
Untuk adat istiadat yang sudah dihilangkan di Desa Boloy yaitu pada acara kematian. Sebelum dihilangkan adat istiadat ini di Desa Boloy, jika ada yang meninggal dunia maka ada beberapa orang mulai berjalan dari ujung desa sebelah utara sampai ujung desa sebelah selatan dengan membawa gerobak dorong kemudian menaiki rumah satu persatu untuk meminta sedekah apa yang dapat mereka berikan untuk membantu meringankan beban keluarga yang berduka. Biasanya yang diberikan kepada mereka yang membawa gerobak dorong berupa kayu bakar, ubi talas, minyak goreng, beras dan lain sebagainya. Akan tetapi sampai saat ini tradisi tersebut sudah dihilangkan dan digantikan dengan uang. Caranya yaitu ketika ada yang meninggal, didepan pintu masuk telah disediakan sebuah stoples, jadi bagi yang datang untuk melawat orang yang meninggal tersebut, mereka mengisi uang kedalam stoples. Tradisi ini sangat membantu dalam meringankan beban keluarga yang ditinggalkan, namun kehilangan sebuah adat istiadat sangat disesalkan, padahal adat istiadat merupakan salah satu kekayaan budaya dan hal ini hanya akan menjadi sebuah dongeng bagi generasi yang akan datang. Masih ada beberapa adat istiadat di Desa Boloy yang telah tiada sampai saat ini, oleh karena berbagai faktor penyebab sehingga hal itu telah dihilangkan.

TARI-TARIAN
Desa Boloy sangat dikenal se-Kecamatan Bulagi bahkan sampai ke kota Kabupaten, karena tari-tarian batongnya yang dapat memukau semua orang yang melihatnya. Tari-tarian batong yang dapat memukau orang antara lain: Balatindak, Kanjar, Batobua, Baiya, Batolonikon, Barijan, Osuleng dan lallalap. Pada tahun 50-an tari-tarian batong kerap sekali dilaksanakan setiap ada acara (pesta) selain acara kematian (menurut keterangan tokoh-tokoh masyarakat). Kegiatan ini masih sering dilakukan sampai tahun 90-an, namun setelah masuknya ORKES (pemain gitar sekaligus penyanyi) tari-tarian batong sudah mulai merosot peminatnya. Selain ORKES, ada juga musik yang enak didengar yaitu Band, inilah yang sampai saat ini sering digunakan dan paling digemari oleh kawula muda sekarang, sehingga tari-tarian batong sudah jarang di minati. Hal ini yang membuat banyak generasi sekarang yang tidak tau cara batong lagi.

POTENSI DESA
Beberapa jenis tanaman pangan yang telah dikembangkan di Desa Boloy yaitu Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Tomat dan Kacang Tanah.
Desa Boloy juga memiliki komoditi unggulan dibidang perkebunan misalnya Kelapa, Coklat dan Jambu Mete, serta komoditi dibidang kehutanan seperti kayu sengon, albasia, kayu besi, dan lain sebagainya . Peternakan pun menjadi sumber pendapatan masyarakat Desa Boloy. Jenis ternak yang biasa dipelihara berupa sapi, babi, ayam dan anjing. Ternak yang paling banyak dipelihara oleh sebagian masyarakat yaitu ayam dan babi. Yang mana hampir setiap rumah memiliki hewan tersebut.
Selain potensi daratan, potensi dibidang kelautan tidak kalah bersaing dengan daerah-daerah lain. Jenis potensi kelautan yang berada di Desa Boloy yaitu rumput laut (agar-agar), ikan, teripang, cumi-cumi dan kerang. Budidaya rumput laut tersebar cukup luas di sepanjang wilayah pesisir pantai Desa Boloy.

Ekonomi
Perekonomian masyarakat Desa Boloy yang sangat menjanjikan yaitu dibidang kelautan, karena laut menjadi sektor utama yang selalu dan harus digeluti. Pasalnya, di sanalah terdapat potensi dan kekayaan alam yang pantas diolah dan diusahakan sebagai penopang kehidupan penduduk Desa Boloy. Salah satu sumber pendapatan petani dibidang kelautan yang dapat menopang kehidupan perekonomian masyarakat yaitu pada budidaya rumput laut. Budidaya rumput laut bagi sebagian masyarakat merupakan sumber pencaharian yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain dibidang kelautan, dibidang perkebunan seperti kelapa menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat. Buah kelapa diolah menjadi kopra kemudian ditimbang pada tengkulak dengan harga Rp. 3500,00 per kg.
Kurangnya mata pencaharian masyarakat, membuat hampir sebagian besar masyarakat bepergian kedaerah lain untuk dapat menyambung hidup dengan mengadu nasib dinegeri orang. Walaupun menjadi buruh kasar pun tidak dipedulikan yang penting bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketimbang harus tinggal di desa yang sudah sangat susah untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.